Malaka – PT Inti Daya Kencana ( PT. IDK) selama lima tahun terakhir tetap berusaha keras untuk mewujudkan produksi garam industri.
Dengan berbagai metode yang ada PT IDK memproduksi garam pada lahan seluas 1,8 hektar, saat ini sudah dipanen dan hasilnya masih dlakukan test laboratorium untuk memastikan kualitas hasil panenan tersebut.
Direktur Utama PT. IDK, Christian mengatakan hal itu menjawab pertanyaan wartawan media ini disela Kunjungan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat di Ladang Garam PT IDK di Weoe- Kecamatan Wewiku – Kabupaten Malaka – Provinsi NTT, Rabu (23/11-2022)
Dikatakannya, selama beberapa tahun terakhir PT IDK selalu berusaha untuk membuktikan kepada masyarakat dan Pemerintah tentang keseriusan untuk membangun ladang garam di Kabupaten Malaka – Provinsi NTT.
” Dalam skala kecil PT IDK sudah memproduksi garam industri dan garam konsumsi. Hasil panen 1,8 ha itu kita masih melakukan test laboratorium untuk memastikan kualitas hasil panenan kita. Tetapi paling tidak sudah kita buktikan bahwa tanah di Malaka bisa menghasilkan garam”, ujarnya.
Dikatakannya, memperhatikan produksi garam lokal di Indonesia banyak ada di Madura, Cirebon, Jateng tetapi luasannya tidak banyak seperti di Kabupaten Malaka. Seharusnya , kata Christian, Malaka bisa melihat peluang tersebut untuk mendukung program swasembada garam nasional.
Christian menjelaskan untuk Kabupaten Malaka saat ini bisa memproduksi garam untuk kebutuhan industri sederhana seperti industri pengeboran, industri pakan ternak dan garam konsumsi. ” Untuk industri sederhana masih bisa digunakan. Namun untuk industri kimia masih menunggu hasil test laboratorium”, jelasnya.
Terkait kesiapan PT IDK untuk mendukung Program Swasembada Garam Nasional , kata Christian, mulai tahun 2023 PT IDK akan menggunakan lahan seluas 300 hektar untuk memproduksi garam. Dari total luasan yang ada, lahan yang menghasilkan garam hanya 30 an hektar dari total 300 ha ladang garam yang dimiliki karena lainnya untuk proses garam”, jelasnya.
Dijelaskannya, dalam produksi garam pihaknya tidak menggunakan meja garam seperti rencana semula karena dengan metode itu membutuh waktu minimum 4 bulan sehingga terkendala cuaca /badai lanina sehingga untuk gantinya akan gunakan metode sederhana.
” Selama 5 tahun terakhir PT IDK di Malaka, pada tahun-tahun awal digunakan sebagai masa persiapan lahan dan kolam sesuai standart yang ditetapkan. Rencana panen pada tahun 2020 dan sempat lakukan panen dalam jumlah kecil. Di tahun 2021 rencana panen besar tetapi terjadi badai Seroja sehingga harus dimulai dari awal ( meratakan kolam dan mendesign ) dengan harapan bisa panen lagi tahun 2022, namun pada bulan Juni terjadi hujan besar dan banjir sehigga harus mulai dari awal lagi sehingga kami terapkan dengan metode berbeda .
Produksi garam tidak diatas meja garam tetapi tetapi membuat garam diatas lapisan geomembran . Hasilnya, diakhir Oktober lalu dilakukan panen awal dengan jumlah yang belum signifikan.
Dengan metode ini secara teori kita bisa panen setiap 2 minggu dengan catatan tidak terjadi hujan karena bila terjadi hujan harus direst lagi dan dimulai dari awal”, bebernya.
Dirut Christian menjelaskan rencana Produksi tajun 2023 menggunakan lahan seluas 300 ha yang ada di ladang garam Weoe. “Dari luasan itu akan digunakan lahan seluas 30 ha untuk kolam CR dan selebihnya untuk kolam Evaporasi. Target produksi tahun 2023 diproyeksikan sebanyak 12.000 ton garam”, jelasnya. ( boni)