Medan, Pro dan Kontra Film Layar Lebar ‘NARITI’ Romansa Danau Toba di Kota Medan yang membawa budaya Batak Film dengan Romansa Danau Toba, menuai adegan yang sangat aneh sangat tidak terduga.(5/11/22)
Diketahui bahwa syuting film layar lebar tersebut ditayangkan dan mengambil lokasi syuting di seputaran lokasi Danau Toba, Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Kali ini salah seorang penonton bernama Jose Sidjabat (40) Warga Medan, merasa heran karena di salah satu adegan menunjukkan bahwa sang aktor utama Zoe Jackson duduk sambil termenung berdoa dengan mengenakan pakaian yang tidak seharusnya dipergunakan di rumah adat orang Batak, dan dengan adegan seperti itu apakah tidak dianggap tabu oleh masyarakat warga Kabupaten Samosir yang mayoritas penduduknya adalah beragama Nasrani??.
Hal tersebut dipertanyakan beliau langsung kepada awak media yang bertugas setelah Film Layar Lebar ‘Nariti’ tayang serentak, pada Kamis siang lalu, 3 November 2002.
“Ini sangat aneh dan tabu setau saya, kenapa ini bisa terjadi ya..??, Padahal Rumah Adat Batak Toba khususnya di Bonapasogit, itu sangat sakral dan pantang bagi kita orang Batak!!, saya pun mengajak kepada para Tokoh Adat Budaya Batak yang ada di seluruh Nusantara untuk menyaksikan langsung kontroversi yang ada di Film Layar Lebar ‘Nariti’ tersebut”, ungkapnya.
Film Layar Lebar ‘Nariti’ Romansa Danau Toba yang diproduksi oleh MRG Film dan Diproduseri oleh Burhanuddin SE serta Ponti Gea, selanjutnya menuai Pro Dan Kontra bagi pecinta Film Layar Lebar Indonesia yang kisahnya ingin mengangkat budaya Batak, namun dalam cerita film tersebut terdapat banyak kejanggalan.
Lanjut, Kisah Film ‘NARITI’ Romansa Danau Toba ini pun dikatakan memiliki pesan moral yang sangat penting serta menyentuh bagi anak muda Millenial saat ini, dimana kisah film tersebut adalah cinta segitiga yang terlarang karena adat dan budaya.
Film Layar lebar ‘Nariti’ ini dibintangi oleh Zoe Jackson, Sebastian Stell, Paramitha Rusady, Asrul Dahlan dan yang lainnya.
Dengan harapan Pro Dan Kontra film layar lebar ‘Nariti’ ini supaya khususnya bagi orang Batak dapat betul-betul memahami apa yang sudah di adatkan turun temurun dari nenek moyang terdahulu tentang adat yang mana boleh dilakukan ataupun yang melanggar adat istiadat orang Batak itu sendiri. (Rizky Zulianda)