Scroll untuk baca artikel
HeadlineLintas Provinsi

Satgas Pangan Bintan: Kelangkaan Kelapa Akibat Panen Tidak Maksimal

22
×

Satgas Pangan Bintan: Kelangkaan Kelapa Akibat Panen Tidak Maksimal

Sebarkan artikel ini

Radar Malaka, Bintan – Bertempat di wilayah Kecamatan Bintan Timur, Satuan Tugas (Satgas) Pangan Kabupaten Bintan melaksanakan kegiatan monitoring dan pemeriksaan ketersediaan kelapa-santan pada Jumat, 17 Januari 2025.

Dalam kegiatan tersebut, turut hadir Setia Kurniawan (Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Bintan), Iwan Berri Prima (Pejabat Otoritas Veteriner Bintan), Ipda Zulfandi (Panit Yanmin Intelkam Polsek Bintan Timur), Rita (Kepala Bidang Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bintan), Ana (Kepala Seksi Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bintan), Siti Hariani (Kepala Bidang Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian DKPP Kabupaten Bintan), Personil Unit Intelkam Polsek Bintan Timur, dan Pers/Media.

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian, dan Perdagangan (DKUPP) Kabupaten Bintan, Asy Syukri, melalui Kepala Bidang Perdagangan DKUPP Kabupaten Bintan, Setia Kurniawan, melaporkan bahwa Tim Satgas Pangan Bintan telah berkoordinasi dengan Bidang Perkebunan DKPP Kabupaten Bintan dalam menanggapi isu kelonjakan harga kelapa bulat dan santan yang terjadi saat ini.

“Informasi yang diperoleh dari lapangan menunjukkan bahwa kelangkaan terjadi akibat hasil panen kelapa yang tidak optimal, pembelian kelapa yang masih muda, serta kurangnya pasokan kelapa dari Provinsi Riau,” tutur Iwan, sapaan akrab Setia Kurniawan.

Iwan menjelaskan berdasarkan data dari DKPP Bidang Perkebunan Kabupaten Bintan, luas area perkebunan di wilayah Bintan sekitar ± 4.120 Ha, dengan produksi sekitar 2.056 Ton per tahun berasal dari 3 kelompok tanaman, yaitu:
– Tanaman Menghasilkan: ± 2022 Ha
– Tanaman Belum Menghasilkan: ± 652 HH
– Tanaman Tua Rusak: ± 1.447 Ha

Berdasarkan data autentik selama tahun 2024, terdapat ekspor dari PT. Bionesia Foods (Kawasan Industri Lobam) sebesar 2.965.346,410 Kgm, dengan nilai ekspor senilai 5.710.906,26 USD.

“Ekspor dilakukan ke 10 negara oleh PT. Bionesia Foods, termasuk New Zealand, Bangladesh, German, China, Singapura, Shanghai, Afrika Timur, Korea, Inggris, dan Australia,” ungkap Iwan.

Detail bahan baku yang diekspor oleh PT. Bionesia Foods dari:
-Kuala Tungkal, Provinsi Jambi: 30%
-Kabupaten Indragiri Hilir, Guntung, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau: 70%
-Provinsi Kepulauan Riau (Lokal): 0%

Di sisi lain, Wati, seorang pedagang kelapa atau santan di Pasar Tradisional Barek Motor Kijang, menyatakan bahwa hasil panen kelapa dari pemasok atau petani lokal saat ini tidak optimal.

“Kondisi ini menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga di pasaran,” ujar Wati.

Yudi juga mengungkapkan hal serupa dengan Wati, bahwa memang terjadi kelonjakan harga dan kelangkaan kelapa serta santan di pasaran saat ini.

Yudi menambahkan, “Informasi yang saya terima menunjukkan adanya ekspor kelapa dari Provinsi Riau dan Provinsi Jambi (Kuala Tungkal, Meranti, Tembilahan) ke luar negeri, namun situasi untuk wilayah lokal (Provinsi Kepri) kurang jelas.”

Dari hasil monitoring, tercatat dalam kurun waktu ± 3 bulan terjadi kenaikan harga santan dari Rp. 20.000 menjadi Rp. 35.000 per Kg.

Iwan menegaskan bahwa kondisi saat ini sebenarnya masih normal, namun karena situasi tertentu, hal tersebut menjadi isu yang berkembang di masyarakat terkait kelangkaan dan kenaikan harga kelapa dan santan akibat ekspor yang dilakukan oleh perusahaan penghasil kelapa di wilayah Bintan.

“Dapat diinformasikan bahwa kegiatan ekspor kelapa yang dilaksanakan oleh perusahaan dari Provinsi Kepri bukan merupakan bahan mentah melainkan kelapa olahan yang sudah jadi, yang meliputi CC milk drink, CC water, CC cream dan CC law fat milk yang bahan bakunya berasal dari perkebunan di Provinsi Riau dan Provinsi Jambi,” tegas Iwan.

Dalam kesimpulan, meskipun kelapa bukanlah komoditas kebutuhan pokok, kelangkaan dan kenaikan harga kelapa dan santan akan berdampak pada perekonomian masyarakat.

Kegiatan ini dilakukan sebagai respons terhadap isu dan pemberitaan yang beredar di media massa terkait kelonjakan harga kelapa bulat dan santan di Provinsi Kepri secara umum.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mencapai kedaulatan pangan dengan menstabilkan harga, mengatasi kelangkaan, dan kenaikan harga menjelang hari raya keagamaan (Imlek dan Idul Fitri), serta mencegah praktik pelanggaran dari pelaku usaha kelapa dan santan di Kabupaten Bintan.

Editor: Budi Adriansyah