Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
HeadlineLintas Provinsi

Kunjungan Kerja Gubernur Kepri ke Lingga: Fakta di Balik Kontroversi “Fasilitas Mewah”

342
×

Kunjungan Kerja Gubernur Kepri ke Lingga: Fakta di Balik Kontroversi “Fasilitas Mewah”

Sebarkan artikel ini

Radarmalaka.com – Sebuah postingan yang tersebar di beberapa grup WhatsApp dan media sosial tentang kunjungan kerja Gubernur Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad ke pulau-pulau di Kabupaten Lingga menggambarkan seolah-olah gubernur menikmati fasilitas mewah yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri. Namun, realitas yang ada jauh dari yang disangka orang.

Pada kunjungan kerja tersebut, Ansar beserta beberapa kepala dinas dan kepala biro termasuk tiga orang anggota Tim Percepatan Pembangunan Provinsi Kepri yakni Sarafuddin Aluan, Suyono Saeran, dan Nazaruddin, mengunjungi beberapa pulau di Lingga selama tiga hari.

Namun, mereka tidak menggunakan Kapal Kepri 01 seperti biasanya. Pemprov Kepri memilih untuk menyewa sebuah kapal yang agak besar dengan fasilitas biasa saja.

Mungkin ada yang bertanya, mengapa gubernur tidak menggunakan Kapal Kepri 01 dalam kunjungan kerja tersebut? Saat ini, Laut Lingga sedang dilanda musim angin selatan yang menimbulkan gelombang tinggi dan ombak yang sangat kuat.

Oleh karena itu, demi keselamatan gubernur dan rombongan selama kunjungan kerja ke pulau-pulau, harus menggunakan kapal yang representatif agar mampu menghadapi ombak kuat dan gelombang tinggi.

Karena itu, Pemprov Kepri memutuskan untuk menyewa sebuah kapal dari Group Oceana untuk membawa gubernur dan rombongan kunjungan kerja ke pulau-pulau di Lingga.

Gelombang dan ombak laut Lingga memang cukup besar. Hal ini terbukti ketika berangkat, belum lama lepas tali dari Pelantar I Kota Tanjungpinang, kapal yang digunakan sudah dihadapkan pada goncangan yang kuat karena dihantam ombak besar. Lebih dari satu jam kapal tidak bisa berjalan cepat karena menghadapi ombak kuat.

Akhirnya, tujuan kunjungan kerja pertama ke Pulau Benan agak terlambat dari yang dijadwalkan karena perjalanan laut yang tidak bisa cepat.

Ketika berangkat dari Benan untuk menuju ke pulau-pulau lainnya, rombongan juga mengalami hal yang sama dengan gelombang tinggi dan ombak kuat.

Selama perjalanan, rombongan tidak menikmati fasilitas mewah, hanya minum air putih dan makan nasi bungkus. Bahkan, karena stok kue habis, gubernur dan rombongan tak segan menyantap ubi rebus dan mie gelas, stok makanan yang biasanya selalu ada di kapal.

Selain itu, rombongan harus melakukan kunjungan kerja dari pagi hingga malam selama tiga hari. Sebanyak 12 titik yang meliputi pulau-pulau seperti Benan, Mensanak, Pulau Duyung, Rejai, Senayang, Daik, Kerandin, Pancur, Penaah, Dabo, Cempa, dan Batu Belobang harus ditempuh dengan turun naik pelabuhan, jalan kaki, dan bertemu masyarakat hingga malam.

Meskipun ada beberapa orang yang berprasangka buruk dan menuduh rombongan menikmati fasilitas mewah, namun semua rombongan melakukan kunjungan kerja ke pulau-pulau dan bukan jalan-jalan ke kota-kota besar apa lagi ke luar negeri.

Semua dilakukan dengan cara-cara sederhana dan jauh dari kemewahan. Bagi mereka yang dalam minggu-minggu ini melakukan perjalanan ke Lingga dengan kapal bisa merasakan bagaimana hantaman gelombang dan ombak tinggi yang harus dihadapi selama perjalanan.

Editor: Budi Adriansyah
Penulis: Ss