( Photo : Pimred Radarmalaka.com, Boni Atolan dan Direktur Utama PT IDK, Christian di Jakarta)
JAKARTA- Rencana Investasi Garam di Kabupaten Malaka sangat prospektif. PT Inti Daya Kencana ( PT IDK) memproyeksikan akan memproduksi garam pada ladang garam seluas 332 hektar di Kabupaten Malaka dengan estimasi produksi sebanyak 12 ribu ton/tahun pada tahun 2023 mendatang.
Selama beberapa tahun terakhir Management PT IDK sudah berbenah menyiapkan ladang garam dan hingga akhir tahun 2022 ladang-ladang garam yang dipersiapkan sudah mulai rampung dan siap berproduksi secara optimal pada tahun 2023 mendatang.
Dalam 3 tahun terakhir PT IDK sudah berupaya menyiapkan rencana panen namun masih terkendala cuaca ( hujan) yang berkepanjangan dan badai Seroja yang merusak ladang garam. Untuk mengatasi hal tersebut management PT IDK mencari solusi dengan cara mengalihkan Produksi garam tidak diatas meja garam tetapi membuat garam diatas lapisan geomembran sehingga bisa menghemat waktu produksi.
Direktur Utama PT IDK, Christian
mengatakan hal itu kepada wartawan media ini di Jakarta, Rabu (9/11-2022).
Dikatakannya, selama 5 tahun terakhir PT IDK melakukan berbagai persiapan terkait rencana investasi di Malaka dengan melakukan berbagai persiapan seperti pembebasan lahan, persiapan ladang garam dan kolam sesuai standart yang ditetapkan.
pada lahan seluas 332 hektar di Wilayah Kecamatan Wewiku dan Desa Rabasa – Kecamatan Malaka Barat – Kabupaten Malaka.
Dirut Devi menjelaskan selama 3 tahun terakhir pihaknya mengagendakan rencana panen namun terkendala cuaca dan bencana Seroja yang merusak ladang garam.
” Pada musim panas tahun 2020 Perusahaan sempat lakukan panen garam dalam jumlah kecil.
Di tahun 2021 rencana panen besar tetapi terjadi badai Seroja sehingga merusak kolam produksi dan harus dimulai dari awal ( meratakan kolam dan mendesign kembali ) dengan harapan bisa panen lagi di tahun 2022, namun pada bulan Juni 2022 lalu terjadi hujan besar dan banjir sehingga rencana panen gagal dan harus dimulai dari awal lagi dengan perubahan metode produksi”, ujarnya.
Dijelaskannya, sesuai hasil evaluasi pihak management perlu dilakukan perubahan metode produksi dari produksi diatas meja garam diubah dengan membuat garam diatas lapisan geomembran . ” Kita sudah coba metode tersebut dan pada akhir Oktober lalu dilakukan panen awal dengan jumlah yang belum signifikan”, ujarnya.
Dengan metode ini, kata Devi secara teori setiap 2 minggu bisa dilakukan panen ( waktu panen relatif pendek) dengan catatan tidak terjadi hujan, karena bila terjadi hujan harus direset lagi dan dimulai dari awal prosesnya.
Kesiapan Rencana Panen Garam Industri di Malaka
Dirut Christian Devi mengatakan sesungguhnya PT IDK sudah rencanakan untuk melakukan panen garam pada tahun 2022, tepatnya di bulan Juni sudah siap panen tetapi tidak diduga diakhir bulan Juni 2022 terjadi hujan yang besar sehingga ladang yang sudah dipersiapkan untuk dipanen tersebut rusak karena hujan yang deras dan banjir.
” Satu tahun sebelumnya juga ( 2021) terjadi badai Seroja sehingga rencana panen garam gagal. Menurut info warga di Malaka Intensitas hujan 2021 dan 2022, intensitas hujannya sama hanya di tahun 2022 tidak ada angin. Ini yang membuat lahan kami porak poranda lagi”, bebernya.
” Dengan kondisi itu kami berpikir untuk merestrukturisasi ladang. Intinya kami ingin memberikan bukti kepada pemerintah daerah dan masyarakat Malaka bahwa kita bisa lakukan panen garam. Akhirnya kita merubah caranya dan metode yang kita lakukan diubah. Karena kita gunakan metode yang baru maka kita tidak berani melakukan semuanya tetapi kita gunakan satu petak seluas 1,8 ha . Kami sempat melakukan kunjungan ke Madura untuk mengadopsi serta mendapatkan informasi dan digabungkan dengan pengetahuan kita akhirnya pada bulan Oktober lalu kita lakukan panen sebanyak dua kali walau dalam aspek jumlah masih kecil jika dibandingkan dengan rencana awal kami. Tetapi paling tidak sudah kita buktikan bahwa tanah di Malaka bisa menghasilkan garam”, ujarnya.
Devi mengatakan metode produksi yang digunakan selama tahun 2022
sudah baik sehingga akan dikembangkan tahun 2023 pada seluruh kolam yang ada seluas 332 ha dengan cara yang sama.
” Kalau kita gunakan metode pertama dengan memproduksi pada meja garam akan membutuhkan musim panas yang panjang sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan panenan sesuai rencana karena sering terjadi badai Lanina yang berpotensi merusak ladang garam”, jelasnya.
Dikatakannya, Rencana Produksi tahun 2023 PT IDK akan mengoptimalkan lahan seluas 332 ha yang ada di ladang garam Weoe dan Rabasa. Dari luasan itu, kata Devi PT IDK akan menggunakan ladang garam seluas 30 hektar lebih sebagai Kolam CR untuk memproduksi garam dan selebihnya akan digunakan sebagai
kolam evaporasi.
Dikatakannya, produksi garam di tahun 2023 tidak diatas meja garam tetapi membuat garam diatas lapisan geomembran.
Dengan metode ini , kata Devi secara teori bisa panen setiap 2 minggu dengan catatan tidak terjadi hujan karena bila terjadi hujan harus direset lagi dan dimulai dari awal prosesnya. ( boni)