Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaHeadlineOpiniRegional

EVANGELISASI PENGASUHAN KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN KARAKTER ANAK ( Heribertus Ponis, Mahasiswa Filsafat Unwira -Kupang)

89
×

EVANGELISASI PENGASUHAN KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN KARAKTER ANAK ( Heribertus Ponis, Mahasiswa Filsafat Unwira -Kupang)

Sebarkan artikel ini

 

Opini

Abstrak – Evangelisasi adalah tugas missioner dari gereja,dan keluarga sebagai gereja mini turut mengambil bagian dalam misi pengembangan karakter anak melalui pola pengasuhan dari keluarga yang berdasar kasih karena keluarga adalah bagian pertama dan terutama bagi anak untuk belajar dan akan menjadi dasar untuk kehidupan anak di masa depan. Karena itu seorang anak membutuhkan keluarga dengan pola pengasuhan yang tepat untuk mendukung karakter anak.

Pola asuh yang diajarkan dalam Firman Tuhan adalah mendidik mereka agar bertumbuh menjadi anak yang semakin mengasihi Tuhan dan sesama, menjadi anak yang mandiri di masa depan, serta hidup sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.

Dalam penelitian ini juga ditemukan prinsip dalam pola asuh anak yaitu: memikirkan yang terbaik untuk anak,menjadi teladan,memakai otoritas, menerapkan disiplin yang disertai dengan kasih.
Kata Kunci: Evangelisasi, pengasuhan keluarga, anak .

PENDAHULUAN

Keluarga modern tentunya memiliki berbagai situasi dan pola pengasuhan terhadap anak.Karena keluarga adalah satuan terkecil yang membentuk karakter anak atau dengan kata lain keluarga adalah yang pertama dan terutama dalam dan proses anak menemukan karakter yang tentunya akan berpengaruh ketika anak keluar ke lingkungan yang lebih kompleks seperti sekolah dan sebagainya karena itu keluarga memiliki tanggung jawab dalam memberikan pola pendidikan yang tepat yang sesuai dengan ajaran kristiani.

Gereja dalam menjalankan misi perutusannya,tentunya melibatkan keluarga. Term evangelisasi berasal dari kata kerja evangelizzare: mewartakan Injil dan substantive evangelo = berita gembira. Term evangelizzare menunjuk kepada: warta perdana dan warta publik tentang keselamatan Allah bagi semua manusia dalam Yesus Kristus; semua aktivitas Gereja primitive untuk mewartakan keselamatan yang datang dari Allah baik dengan kata maupun dengan contoh dan teladan hidup.

Evangelisasi itu tidak terbatas hanya pada pewartaan Injil saja tetapi juga bisa diperluas kepada baptisan bagi yang bertobat, pembentukan Gereja, formasi iman dan persiapan pada kultus. Evangelisasi adalah tugas misioner spesifik dari Gereja dalam seluruh situasi dan dalam segala macam bidang kehidupan.

Evangelisasi atau kabar gembira yang di wartakan oleh gereja harus menyentuh dan mencapai sasaran yang tepat.Salah satu contoh konkret adalah melibatkan keluarga dalam pola pembinaan karakter anak,selain untuk menggunakan pola pengasuhan yang tepat yaitu di dalam kasih,serta dengan tujuan menghasilkan anggota gereja yang berkualitas dan semakin berkembang di dalam iman akan Yesus Kristus.

Berbicara mengenai hal ini,gereja juga harus mampu menemukan realitas yang ada dalam keluarga. Realitas yang ada dalam keluarga modern adalah banyak orang tua yang lebih mementingkan karir dan pekerjaan sehingga anak menjadi tidak terurus dan pola asuh anak menjadi terabaikan.

Lumen Gentium berbicara tentang evangelisasi dalam kaitan dengan misi profetik kaum awam. Kaum awam akan menjadi bentara atau saksi iman yang tangguh bila mereka tanpa ragu-ragu memadukan pengakuan iman dengan penghayatan iman.

Menurut Konsili evangelisasi itu pewartaan Kristus yang disampaikan dengan kesaksian hidup dan kata-kata, memperoleh ciri yang khas dan daya-guna yang istimewa justru karena dijalankan dalam keadaan-keadaan biasa di dunia ini (LG 35).

Disini, evangelisasi berarti pewartaan Sabda tanpa harus menjadi misionaris atau tanpa harus menyandang karakter missioner.

METODE PENULISAN

Penulisan artikel ini dengan memakai metode telaah literatur,melakukan telaah, pembahasan, dan melakukan perbandingan terhadap berbagai temuan penelitian yang ada. Melihat realitas yang ada dalam keluarga, Selanjutnya mencari kebenaran Firman Tuhan, untuk dapat menemukan prinsip-prinsip pola asuh yang sesuai dengan Iman Kristen.

PEMBAHASAN

Pengertian Pola Asuh Anak

Pola asuh anak adalah cara dan bentuk atau strategi dalam pendidikan keluarga yang dilakukan oleh orang tua kepada anak. Strategi, cara dan bentuk pendidikan yang dilakukan orang tua kepada anak sudah tentu dilandasi oleh beberapa tujuan dan harapan orang tua. Dari pemahaman tersebut penulis katakan bahwa orang tua dalam mengasuh anak pasti membutuhkan strategi supaya anak hidup sesuai dengan apa yang dikehendaki dan sesuai harapan orang tua sehingga dalam mengasuhpun tidak keliru. Pola asuh anak yang berlaku dalam keluarga yaitu bagaimana keluarga membentuk perilaku generasi berikutnya sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat .

Pola asuh anak sangat bergantung pada nilai yang dimiliki keluarga. seperti budaya Indonesia, peran pengasuhan anak lebih banyak dipegang oleh Istri atau ibu meskipun mengasuh anak merupakan tanggung jawab bersama .

Penulis mengharapkan bahwa pola asuh yang diberikan orang tua membuat anak mampu bertahan hidup sesuai alam dan lingkungan keluarga. Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anak.

Pola asuh merupakan suatu sistem atau cara pendidikan, pembinaan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain. Dalam hal ini adalah pola asuh yang diberikan orang tua terhadap anak adalah mengasuh dan mendidiknya penuh pengertian. Pola asuh yang diberikan orang tua dipengaruhi lingkungan sosial internal dan eksternal.

Dari pemahaman diatas penulis menguraikan bahwa orang tua dalam memberi didikan kepada anak harus penuh pengertian karena orang tua merupakan sumber belajar anak.

Dari serangkaian uraian di atas dapat dikatakan bahwa pola asuh anak adalah cara orang tua memperlakukan, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak, yang meliputi cara orang tua memberikan peraturan, hukuman, hadiah, kontrol dan komunikasi untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan iman Kristen yang terdapat dalam Firman Tuhan.

Tujuan Pola Asuh Anak

Tujuan pola asuh anak keluarga kristen adalah memelihara hingga dewasa agar dapat melayani Tuhan. Menjadikan anak hidup memuliakan Tuhan, serta taat kepada orang tua dan mengasihi sesama. Sebagai orang tua tidak cukup hanya dengan perkataan saja sebab apa yang dikatakan harus dilakukan karena hanya dengan cara demikian anak dapat belajar, artinya orang tua harus memberi teladan hidup yang baik dan benar kepada anak-anak.

Tujuan lain dari pola asuh anak adalah untuk meletakkan dasar-dasar iman kristen bagi perkembangan anak, agar anak dapat berkembang secara baik, anak yang karena satu dan lain hal tidak mendapatkan pendidikan dasar secara wajar, akan mengalami kesulitan dalam perkembangan berikutnya
Lingkungan keluarga sering disebut lingkungan pertama dalam pengasuhan anak. Dalam mengasuh anak juga tidak terlepas dari pengajaran firman Tuhan kepada anak, tujuannya supaya anak hidup dalam kebenaran, sehingga dalam perjalanan hidup mampu memberi kesaksian hidup, yaitu hidup yang dipimpin Tuhan, hidup di dalam Tuhan dan juga melakukan firman Tuhan di dalam kehidupan yang sebenarnya.

Orang tua dalam mengasuh anak bertujuan, anak hidup takut akan Tuhan, merupakan dasar sejati dan hikmat yang perlu dimilki oleh anak-anak (Amsal 1:7;9:10). Kesuksesan dalam mengasuh anak sebenarnya dimulai dengan menanamkan rasa takut akan Tuhan secara tepat dalam diri anak-anak.

Dari pemahaman di atas penulis menguraikan bahwa orang tua harus mengajarkan hidup takut akan Tuhan kepada anak secara tepat. Menjaga pikiran anak, Anak memiliki pikiran yang positif, kebaikan, kesetiaan, kejujuran, integritas, loyalitas, kasih dan kebajikan. Karena anak memiliki pikiran yang jernih orang tua perlu mengajarkan hidup takut akan Tuhan secara berulangulang sehingga kelak anak tetap hidup takut akan Tuhan.

Mentaati orang tua, (Amsal 1:8) orang tua berkewajiban mengasuh anak untuk taat sejak masih kanak-kanak, anakpun belajar mendengar suara orang tua. Didiklah anak dengan disiplin jika perlu diberi hukuman dan peringatan (Amsal 13:24)15 .

Penulis menguraikan bahwa tugas orang tua adalah memberikan didikan serta menerapkan peraturan yang bersifat tegas, jika anak melanggar peraturan tersebut harus diberi hukuman agar anak belajar taat dari setiap peraturan yang diterapkan oleh orang tua.

Menjaga perkataan anak, berbicara mengenai apa yang bermanfaat bukan yang dapat melukai orang lain. Penulis dapat katakan bahawa tujuan dari pola asuh anak adalah untuk membimbing anak dan mengarahkannya kepada hal yang benar sesuai Firman Tuhan dan anakpun hidup takut akan Tuhan, mentaati orang tua dan mengasihi sesama.

Bentuk-Bentuk Pola Asuh Anak

Pola Asuh Otoriter Dalam pola asuh ini orang tua merupakan sentral artinya segala ucapan, perkataan maupun kehendak orang tua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-anak. Supaya taat orang tua, tak segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anak Banyak anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter ini cenderung tumbuh berkembang menjadi pribadi yang suka membantah, memberontak dan berani melawan arus terhadap lingkungan social.

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri sebagai berikut: kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang serta simpatik. Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk tingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak. Orangtua yang mempunyai gaya otoriter cenderung memberi dukungan rendah, tetapi mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap anak Orang tua seperti ini selalu berusaha untuk mengontrol dan memaksakan kehendaknya kepada anak, mereka memiliki disiplin yang kaku dan biasanya di lakukan tanpa ekspresi kehangatan dan kasih sayang
Standar perilaku pada orang tua yang otoriter biasanya kaku dan cenderung suka mengkritik anak jika anak tidak patuh orang tua juga kerap mendikte anak. Hal yang harus dilakukan adalah memaksa anak untuk patuh, dan tidak memberikan pilihan pada anak. Orang tua otoriter biasanya tidak menerangkan pada anak alasan dibalik permintaan mereka, jika anak mempertanyakan perintah orang tua mereka akan menjawab: jalankan saja, tidak usa banyak tanya, atau kamu dihukum? Orang tua seperti ini cenderung memfokuskan pada kesalahan anak atau perilaku yang tidak disetujui orang tua bukan pada perilaku anak yang positif.

Dari penjelasan di atas penulis dapat katakan bahwa orang tua hanya melihat pada kesalahan anak tanpa menyadari bahwa apa yang diterapkan akan mempengaruhi perkembangan anak kedepan.

Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif, orang tua justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anak. Jadi anak merupakan sentral dari segala aturan dalam keluarga, dengan demikian orang tua tidak mempunyai kewibawaan, akibatnya segala pemikiran, pendapat apapun pertimbangan orang tua cenderung tidak pernah diperhatikan oleh anak.
Orang tua yang mempunyai gaya permisif cenderung memberi dukungan tinggi, tetapi mempunyai ekspektasi yang rendah terhadap anak. Orang tua permisif menyerahkan kontrol sepenuhnya pada anak, sangat sedikit atau hampir tidak ada, aturan yang diterapkan di rumah. Kalaupun orang tua menerapkan aturan, biasanya tidak diterapkan secara konsisten. Anak tidak suka diikat secara rutinitas. Bahkan orang tua cenderung menginginkan anak untuk merasa bebas, orang tua tidak menciptakan batasan, disiplin, atau tuntutan bagi perilaku anak. Mereka cenderung menerima anak apa adanya dan tetap hangat pada anak yang nakal sekalipun.

Orang tua permisif memberikan pilihan sebanyak mungkin pada anak, bahkan ketika anak jelas-jelas tidak mampu membuat pilihan yang bertanggung jawab. Alasan lain yang paling sering ditemui adalah karena kesibukan orang tua lebih memilih untuk lebih banyak menyenangkan anak dengan cara yang tidak membangun. Hasil negatif dari orang tua permisif adalah anak yang minder, anak yang pintar, menipulasi orang tua, dan anak yang tidak punya disiplin. Anak yang dibesarkan dengan pola tersebut juga cenderung kurang bertanggung jawab, agresif, menuruti impuls seksual, egois dan suka menuntut.

Dari pemahaman di atas penulis dapat katakan bahwa pola asuh yang demikian akan menyulitkan masa depan anak sendiri karena anak tidak akan mengetahui sesuatu yang baik dan yang buruk, mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.

Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis (authoritative) adalah gabungan antara pola asuh permisif dan otoriter dengan tujuan untuk dengan menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan orang tua. Pola asuh demokratis akan berjalan secara efektif bila ada tiga syarat yaitu:

Pertama, Orang tua menjalankan fungsi sebagai orang tua yang memberi kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya.

Kedua, anak memiliki sikap yang dewasa yakni dapat memahami dan menghargai orang tua sebagai tokoh utama yang tetap memipin keluarga.

Ketiga, orang tua belajar memberi kepercayaan dan tanggung jawab terhadap anak.
Orang tua yang mempunyai gaya demokratis memberi dukungan tinggi dan mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap anak, selain itu orang tua demokratis mampu memadukan ekspektasi dan dukungan dengan serasi. Ekspektasi orang tua yang tinggi terhadap anak dengan dukungan yang tinggi pula untuk memastikan pencapaian tujuan. Orang tua membantu anak untuk belajar bertanggung jawab dan memikirkan konsekuensi dari perbuatannya. Orang tua melakukannya dengan cara menerangkan dengan jelas dan sesuai dengan usia perkembangan anak. Orang tua juga mengambil waktu untuk menerangkan alasan tuntutan sendiri, lebih penting lagi orang tua demokratis akan memonitor atau memantau perilaku anak untuk memastikan bahwa anak mengikuti aturan dan harapan orang tua. Jadi orang tua demokratis juga tegas, disiplin dan konsisten dalam mentaati aturan yang mereka diterapkan.

Dari penjelasan di atas penulis dapat katakan bahwa alangkah baiknya jika orang tua kristen menerapkan pola asuh demokratis karena ada ketegasan, kedisiplinan, konsisten dalam mentaati aturan yang diterapkan.

Pola Asuh Situasional

Pola asuh ini tidak menutup kemungkinan bahwa individu yang menerapkan pola asuh itu tidak tahu apa nama atau jenis pola asuh yang dipergunakan, sehingga secara tidak beraturan menggunakan campuran ke tiga pola asuh di atas. Tidak ada patokan atau parameter khusus yang menjadi dasar bagi orang tua untuk dapat menggunakan pola asuh permisif, otoriter maupun demokratis, harus sesuaikan dengan kondisi dan situasi, tempat dan waktu bagi setiap keluarga yang bersangkutan.

Penelitian menunjukan bahwa hasil yang paling positif bagi anak muncul ketika orang tua menerapkan gaya demokratis. Anak yang diasuh oleh orang tua permisif cenderung menjadi agresif , sedangkan anak dari orang tua otoriter cenderung penurut dan memiliki harga diri rendah. Sementara anak orang tua yang cuek memiliki prestasi rendah dan minder.

Sebagai orang tua kristen harus mengenal dengan jelas pola asuh yang diterapkan dalam mengasuh anak sehingga anak pun bertumbuh sesuai dengan norma-norma kristen, sebagai orang tua perlu mengasuh anak dengan penuh kesabaran karena kesabaran adalah cara yang paling efektif dalam mengasuh anak dan yang paling nyaman dirasakan anak.

Pola Asuh Anak Menurut Alkitab

Dalam Perjanjian Lama orang tua diperintahkan untuk mendidik anaknya dengan tekun (Ulangan 6:6-9), mengasuh anak-anaknya untuk dapat mengenal perintah Allah. (Mazmur 78:5,6), mengasuhnya di jalan yang benar (Amsal 22:6). dan menjawab pertanyaan seorang anak dengan tepat (keluaran.12:26,27: 13;8). Mengasuh anak merupakan suatu keharusan karena anak merupakan warisan Allah kepada orang tua (Mazmur127:3), bahkan bila perlu mereka diizinkan untuk mendidik anak dengan memberikan hukuman jasmani (Amsal 22:15;19:18;23:13)
Beberapa ayat Alkitab ini membuktikan bahwa tugas penting adalah seperti mengasuh dan melatih anak-anak membutuhkan perencanaan yang teliti (Amsal 16:3) . Penulis mengingat perkataan Amsal, “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu” (Amsal 29:17). Alkitab, berwibawa dan diilhami Tuhan, mempunyai banyak hal tentang orang tua, rumah, dan anak-anak
Mazmur 128:1-4 Mengajarkan bahwa anak adalah karunia dari Tuhan: mereka adalah berkat dan kepercayaan dari Tuhan. Tetapi Mazmur 127:3-5 memperingatkan mengenai hal ini, orang tua harus mengijinkan Tuhan untuk membangun keluarga yang meliputi pelatihan anak-anak. Amsal 22:6 Orang tua harus mengasuh anak dijalan yang seharusnya. Artinya, mengarahkan anak-anak untuk masuk jalur yang benar.

Alkitab juga mengajar orang tua untuk mengasuh anak- anak dalam disiplin pelatihan dan instruksi peringatan tentang Tuhan. Oleh karena itu, Orang tua bertanggung jawab mengendalikan anak-anak menurut standar dan nilai-nilai Alkitab, yang tujuannya adalah untuk membawa anak di bawah kendali Tuhan melalui suatu hubungan denganNya. Anak-anak adalah hadiah dari Tuhan dan untuk dikembalikan kepada Tuhan melalui proses pelatihan atau disiplin berdasarkan Alkitab. Tuhan memberi otoritas ini kepada orang tua, tetapi orang tua akhirnya harus mempertanggungjawabkan kepada Tuhan baik tanggung jawab untuk disiplin dan untuk cara dan metode disiplin.

Dalam perjanjian lama penulis dapat menyimpulkan bahwa orang tua mengasuh anak dalam disiplin, mengasuhnya dalam kebenaran untuk dapat mengenal perintah Allah bahkan jika anak melanggar ajaran orang tua harus diberikan hukuman jasmani yang tujuannya anak taat kepada orang tua dan perintah Tuhan.

Perjanjian Baru, Alkitab punya banyak hal tentang keluarga dan orangtua. Menyelidiki Alkitab dan terbuka akan kebenarannya “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Mengasuh anak secara alkitabiah harus fleksibel dan menyesuaikan dengan kebutuhan perubahan anak. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Timotius. 3:16-17). Jika keluarga adalah laboratorium Tuhan untuk membangun karakter di dalam hidup anak-anak, tentu tempat dimana orang tua hidup membentuk pikirannya.

Alkitab mengajar orang tua untuk mempunyai prinsip dan ajaran Alkitab yang menghasilkan suatu kebaikan untuk anakanak yang tidak hanya memenuhi tentang perintah tertulis dalam Alkitab tetapi menunjukan ketaatan dan memberi orang tua kepuasan ( Efesus 6:4). Tuhan melatih anak-anak di dalam JalanNya melalui orang tua. Orang tua adalah agen pelatihan untuk Tuhan. Dalam tradisi perjanjian Baru, pola asuh anak merupakan tanggung jawab orang tua. Dalam Kolose 3:21 dan Efesus 6:4 disebutkan bahwa orang tua harus mengasuh anak dalam ajaran Firman Allah. Kewajiban orang tua dalam mengasuh anak adalah memelihara, mencukupi kebutuhan materi dan emosi anak, serta menasihati agar bertumbuh.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Anak

Pengaruh Keluarga, hubungan anak dengan pengasuh sangat berpengaruh pada perkembangan kompetensi anak, selain dapat memberi pengasuhan fisik, seperti memberi rasa tenang, pengasuh juga berperan dalam memberikan rasa aman bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungannya Hal lain yang mempengaruhi terbangunnya resiliensi adalah gaya pengasuhan orang tua.
Pengaruh budaya Orang tua mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua, anak merasa bahwa orang tua berhasil mengasuhnya dengan baik, maka anak menggunakan teknik yang serupa dalam mendidik anak asuh mereka, Orang tua yang memiliki pengetahuan lebih banyak dalam mengasuh anak, maka akan mengerti kebutuhan anak. Pengaruh status sosial ekonomi Orang tua dari kelas menengah rendah cenderung lebih keras/lebih permissif dalam mengasuh anak. Setiap orang mempunyai sejarah sendiri-sendiri dan latar belakang yang seringkali sangat jauh berbeda. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda terhadap anak.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak yaitu
Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi.

Para ahli telah mengamati terjadinya peningkatan minat dalam efek lingkungan pada adaptasi individu, menyusul pengakuan bahwa lingkungan adalah konteks sosial utama bagi banyak anak. Menurut Schoon, lingkungan dapat dianggap sebagai tempat lahirnya resiko yang membentuk kehidupan anak, keluarga dan masyarakat. Efek dari lingkungan dianggap sangat berpengaruh, terutama terkait dengan kemiskinan, kejahatan, dan kekerasan.
Anak yang bertumbuh di lingkungan keluarga berpenghasilan rendah, menghadapi risiko masalah perilaku, seperti perilaku agresif dan ketidakmampuan akademik. Pola asuh orang tua maupun sekolah formal akan mampu mempengaruhi perkembangan kepribadian yang baik. Alkitab menyatakan bahwa tugas utama dalam mengasuh anak ada pada orangtua. Sejak anak dibesarkan, peran orangtua tidak dapat diabaikan, baik pemberian nutrisi, pemeliharaan, pendidikan, dan keteladanan bagi anak, baik untuk perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional maupun spiritual.

Prinsip-prinsip pola asuh Evangelisasi

Mengasuh dalam arti pembinaan dan pengembangan anak mencakup upaya meningkatkan sifat mampu mengembangkan diri anak, pemantapan tata nilai yang dihayati oleh anak sesuai sistem tata nilai hidup. Pola asuh anak merupakan usaha sadar, usaha yang menyeluruh, Prinsip pola asuh anak adalah mengembangkan kecakapan hidup anak, kecakapan hidup diarahkan untuk membantu anak menjadi mandiri, disiplin, memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak. Dari pemahaman di atas penulis dapat katakan bahwa prinsip pola asuh anak berarti agar kelak anak dapat hidup mandiri dan sanggup melakukan sesuatu yang berguna bagi kehidupan

1. Pikirkan yang Terbaik untuk Anak.

Mengasuh anak adalah memikirkan yang terbaik untuk anak-anak, bukan menyelesaikan kesulitan sendiri, misalnya dengan mengomel ataupun memukul terlalu keras. Orang tua harus menyadari bahwa pemakaian smartphone secara berlebihan dan tanpa batasan akan berakibat buruk kepada pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam memikirkan yang terbaik bagi anak, maka orang tua harus menetapkan tujuan yang mulia bagi anak sesuai dengan potensi anak, kemudian dikembangkan sehingga berguna menurut kehendak Tuhan bukan kehendak orang tua sendiri. Anak-anak diasuh oleh orang tua sendiri dalam konteks kehidupan sehari-hari, sehingga orang tua ditugaskan untuk memperkenalkan Allah dan FirmanNya, mempersiapkan anak hingga kejenjang pernikahan, mengasuh anak untuk mampu mencari nafkah. Orang tua dalam mengasuh anak harus menetapkan tujuan yang benar sesuai dengan potensi anak dan orang tua terus mendukung anak dalam mengembangkan potensi tersebut agar berguna sesuai kehendak Tuhan.

2. Teladan dari orang tua
Anak harus dibawa untuk memiliki Kehidupan yang sesuaidengan Firman Tuhan. Amsal 22:6 yang berarti bahwa jika orang tua mengasuh anak harus menurut jalan yang patut baginya atau sesuai dengan apa yang diFirmankan oleh Allah atau sesuai jalan yang memang direncanakan Allah agar ditempuhnya, Sehingga ketika anak menjadi dewasa anak pun tidak menyimpang dari jalan itu. Kalau anak-anak diasuh dengan baik dan benar, akan menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang bermoral, yang mempunyai cara hidup yang berkenan kepada Tuhan. Berdasarkan kasih Kristus, akan menumbuhkan anak-anak yang taat kepada Tuhan dan kepada orangtuanya.
Jika anak diasuh dengan kasih sayang dan persahabatan anak akan belajar menemukan cinta dalam kehidupan. Pada masa anak-anaklah manusia mulai membentuk kepribadian dan harga dirinya, orang tua harus menjaga jangan terlampau melindungi dan juga tidak terlampau membiarkan saja. Manfaat pola asuh anak mengajarkan anak untuk hidup bertanggung jawab, untuk menuruti perintahNya.

3. Disiplin untuk anak
Teguran, disiplin dan nasehat berdasarkan Firman Tuhan, menegur dan memuji ketika perlu adalah tanda dari “nasehat”. Disiplin Kristen dibutuhkan untuk mencegah anak bertumbuh besar tanpa menghormati Tuhan, otoritas orangtua, pengetahuan akan standar kekristenan dan penguasaan diri. Cara dan metode yang dipergunakan orang tua untuk mengajarkan kebenaran Allah tentunya akan berbeda, namun kebenaran-kebenaran itu harus selalu dapat diterapkan dalam pekerjaan apapun, dan dalam cara hidup bagaimanapun. Anak akan belajar “mengasihi Tuhan Allah mereka dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan mereka” dan mau melayani Dia dalam segala hal yang dilakukan.

KESIMPULAN

Dari pemaparan penulis di atas,dapat di simpulkan bahwa Evangelisasi yang adalah kabar gembira dalam keluarga adalah melihat pola pola penagsuhan yang terhadap anak agar mendukung tumbuh kembang anak kepada pribadi yang lebih matang.Dalam hal ini juga,gereja harus mampu melihat realitas yang sedang terjdi terutama dalam keluarga agar pewartaan kabar gembira dapat memberikan solusi dan tepat sasaran terhadap situasi yang sedang di hadapi oleh keluarga kristiani di zaman modern yang semakin sekuler ini.dan memberikan pola-pola pengasuhan yang sesuai dengan ajaran kristiani yang berlandask juga pada kitab suci. (*)

DAFTAR PUSTAKA
Gordon, Thomas, Menjadi Orang Tua Efektif, (Jakarta, Gramedia, 1983)
Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 2005)
Pamungkas Jati, Lucia Tri Ediana & F. Anita Herawati, Studi Deskriptif terhadap Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi UAJY dengan Teknik Analisis Cluster berdasarkan Motivasi dan Perilaku Penggunaan Gadget (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya)
Scottturansky Dan Joanne Miller, Rn, Bsn, Menjadi orang tua kristen, (Jakarta: Nafiri Gabriel, 2013)
Sihotang Chrisostomus, Bertumbuh dalam Kristus, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009)
Sumantri, Yustinus Hp, Pr, Membesarkan Anak Dengan Kasih Sejati, (Jakarta: Fidei Press, 2014)
Theresia S. Indira. Pola Asuh Penuh Cinta, (Jakarta: Erlangga 1990)