Radar Malaka, Tanjungpinang – Masuknya sejumlah komoditas impor seperti semangka, cabai, dan sayur-sayuran dari luar Kepulauan Riau (Kepri) yang merugikan petani lokal mengharuskan pengawasan ketat, menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kesehatan Hewan (DKP2KH) Provinsi Kepri, Rika Azmi.
“Supaya petani kita tidak dirugikan. Tapi ada sisi lainnya juga, yaitu kebutuhan konsumen dapat terpenuhi dengan harga yang terjangkau,” kata Rika pada Radar Malaka pada Jumat, 6 September 2024.
Rika mengungkapkan bahwa ketersediaan sayur-sayuran di Kepri fluktuatif (tidak tetap atau sering berubah-ubah), dan beberapa jenis sayur memang harus didatangkan dari luar Kepri karena produksi petani lokal belum mencukupi.
“Petani juga harus menyampaikan data produksinya ke penyuluh atau dinas di kabupaten dan kota, agar dapat diantisipasi jika produksinya melimpah,” kata Rika.
Petani semangka lokal di Kepri sebelumnya mengalami penurunan harga jual produk mereka karena komoditas impor membanjiri pasar-pasar daerah tersebut. Petani lokal merasa terancam bangkrut karena para pengepul lebih memilih barang impor ketimbang hasil petani lokal.
Padil, seorang Analis Pasar Hasil Pertanian Ahli Muda, menyatakan bahwa petani semangka lokal di Bintan dapat memproduksi ribuan ton. Namun, kehadiran barang impor tetap mengancam stabilitas ekonomi petani lokal.
Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Gerbang Tani meminta dinas terkait untuk memperhatikan kepentingan petani lokal pada musim panen dan meminta Komisi II DPRD Kepri untuk tindakan yang dibutuhkan.
Gerbang Tani menegaskan bahwa mereka tidak menentang adanya produk impor, tetapi menuntut agar pada saat musim panen berlangsung dengan baik, tidak ada produk impor yang masuk.
Editor: Budi Adriansyah