Scroll untuk baca artikel
HeadlineLintas Provinsi

Banjir Merah di Karang Rejo: Janji Pengembang dan Pemkot Tanjungpinang masih Ditunggu Warga

107
×

Banjir Merah di Karang Rejo: Janji Pengembang dan Pemkot Tanjungpinang masih Ditunggu Warga

Sebarkan artikel ini

Radar Malaka, Tanjungpinang – Hujan deras yang mengguyur Kota Tanjungpinang pada Kamis pagi, 29 Mei 2025, kembali mengungkap persoalan lama yang tak kunjung dituntaskan. Genangan air berwarna merah pekat membanjiri RT2/RW8, Kampung Karang Rejo, Kelurahan Pinang Kencana, Kecamatan Tanjungpinang Timur. Warga kembali dibuat cemas oleh banjir kiriman yang semakin menjadi-jadi setiap hujan turun.

“Airnya merah. Langsung sebetis orang dewasa dalam waktu kurang dari satu jam,” kata Joko Partowo alias Tewel, salah satu warga yang sejak awal vokal menyuarakan keresahan masyarakat.

Dia menanti realisasi komitmen yang baru saja disepakati beberapa hari lalu antara pengembang dan Pemerintah Kota (Pemkot) Tanjungpinang, namun yang terjadi justru bencana yang seolah menjadi jawaban atas harapan itu.

Kurang dari sebulan yang lalu, Pemerintah Kota Tanjungpinang memfasilitasi pertemuan antara warga, pihak pengembang, dan jajaran pemerintah kota. Dalam forum tersebut, pihak pengembang menyatakan komitmennya untuk memperhatikan dampak pembangunan terhadap lingkungan sekitar, termasuk sistem drainase di kawasan rawan banjir seperti Karang Rejo.

“Namun, justru alam-lah yang menunjukkan bahwa komitmen ini bukan sekadar omong kosong, melainkan sebuah kesungguhan yang menuntut segera diwujudkan,” ujar Tewel.

Menurut Tewel, proses pembangunan masih terus berjalan dan tidak boleh mengabaikan kajian dampak lingkungan yang memadai.

“Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Pemerintah Kota Tanjungpinang atas respons cepat dan sigapnya dalam mengadakan pertemuan bersama kami dan para pengembang. Siapa sangka, hanya berselang sebulan sejak pertemuan itu, bencana banjir datang secara tiba-tiba. Seolah-olah alam ingin mengingatkan kita semua bahwa komitmen yang telah disepakati bersama harus benar-benar dijalankan dengan penuh tanggung jawab,” kata Tewel.

“Dengan segala kerendahan hati, kami mohon maaf kepada Bapak Wali Kota dan para pengembang karena terpaksa menyampaikan keluhan ini. Namun, kami merasa terancam dan khawatir atas dampak bencana yang terjadi. Kami memberikan apresiasi kepada Pemkot Tanjungpinang yang telah menunjukkan sikap reaktif dan cepat tanggap. Namun demikian, upaya ini harus mendapat dukungan penuh dari semua pihak, terutama para pengembang,” ujar Tewel.

“Kami tidak tahu apa yang akan terjadi di kampung kami ke depan apabila pola pembangunan seperti ini terus dilanjutkan tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan dan keselamatan warga. Jika tidak ada perubahan, kami yang berada di bawah, masyarakat kecil di kampung ini, akan terus menjadi korban. Kami hanya ingin hidup aman dan damai di kampung yang kami cintai ini,” ucap Tewel.

Menurut pengamatan warga, ada beberapa perusahaan atau pengembang yang aktif membangun di kawasan atas perbukitan Karang Rejo. Air hujan yang membawa lumpur dari bukit mengalir deras ke pemukiman warga. Tidak ada penahan tanah, tidak ada jalur air yang layak. Akibatnya, tanah merah langsung menyerbu kampung saat hujan turun.

“Suaranya seperti air bah. Bukan lagi genangan biasa,” ucap Tewel.

Warga memohon kepada Pemkot Tanjungpinang segera mengambil langkah strategis dan menuntut agar pengembang diminta komitmen membangun sesuai dengan aturan uang berlaku, serta mendesak pengawasan ketat terhadap proyek pembangunan di kawasan tersebut.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah Kota Tanjungpinang maupun pengembang terkait banjir yang kembali terjadi di Karang Rejo.

Editor: Budi Adriansyah