Radar Malaka, Karimun – Ansar Ahmad terus-menekankan pentingnya memperluas Bandar Udara Raja Haji Abdullah (RHA) di Kabupaten Karimun. Menurutnya, memperluas landasan pacu Bandara RHA akan memberikan dampak besar bagi kemajuan Karimun, terutama peningkatan perekonomian masyarakat dan sektor-sektor lainnya seperti pariwisata, industri, perdagangan, dan investasi.
Dalam acara Kampanye Dialogis yang dihadiri ratusan warga Kelurahan Teluk Uma, pada Sabtu sore, 12 Oktober 2024, Ansar berbicara bahwa ekonomi Karimun terpecah karena banyak akses lewat Batam dan investor takut datang terutama dalam kondisi cuaca buruk.
Dia ingin memperluas Bandara RHA sehingga pesawat berbadan besar seperti Boeing 737 bisa mendarat di sana. Dengan adanya bandara ini, diharapkan dapat memperbesar peluang investasi dan kemajuan berbagai sektor.
Ansar juga menegaskan bahwa pembangunan Bandara Karimun adalah sebuah keharusan agar daerah tersebut dapat terus berkembang.
Bandara Karimun harus dikejar supaya bisa didarati pesawat Boeing 737. Saat ini, bandara ini belum lama diperpanjang 200 meter, tetapi masih perlu ditambah lagi 200 meter sehingga menjadi 2 ribu meter.
Dia mengungkapkan bahwa Karimun memerlukan lima miliar lagi untuk pembebasan lahan, dan menurutnya dukungan pemerintah pusat sangat diperlukan untuk hal ini. Anggaran sebesar Rp120 miliar dibutuhkan, dan harus diperoleh dari sumber-sumber yang memadai.
Ansar yakin bahwa Karimun dapat terus berkembang dan karena itu dia membangun Balai Latihan Kerja (BLK) di sana. Hampir sepuluh miliar dana pembangunan BLK diperlukan serta menambah peserta untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) di Karimun.
“Dan ini harus ada dukungan pemerintah pusat. Anggaran Rp120 miliar, kalau pakai APBD tak kuat kita,” sebut Calon Gubernur Provinsi Kepulauan Riau nomor urut 1 ini.
Dia berharap program-program pembangunan yang dia ajukan dapat dilanjutkan dan difokuskan untuk menjadikan Karimun semakin maju. Oleh karena itu, dia meminta doa agar dapat melanjutkan program pembangunan yang masih banyak yang harus dikembangkan lagi.
Editor: Budi Adriansyah