Radarmalaka.com, Tanjungpinang – Revitalisasi Masjid Raya Sultan Riau Penyengat dan Penataan Kawasan Pemukiman Pulau Penyengat Tahap I telah diresmikan oleh Gubernur Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad, pada Senin, 6 Maret 2023 lalu.
Pekerjaan yang menjadi salah satu program strategis dari Ansar di Tahun 2022 dan menjadi program berkesinambungan ini diresmikan dengan syukuran dan doa bersama.
Sebagai informasi, Pulau Penyengat yang merupakan salah satu pusat peradaban Melayu baik di bidang Bahasa maupun Kebudayaan, direvitalisasi pada Tahun 2022 dengan total anggaran Rp20,8 miliar yang terdiri dari dana APBN Rp15 miliar dan APBD Kepri sebesar Rp5,8 miliar.
Dari dana yang bersumber dari APBD Kepri Tahun 2022 sebesar Rp5,8 miliar tersebut telah selesai pekerjaan Revitalisasi Masjid Raya Sultan Riau Penyengat dengan rincian pekerjaan persiapan, kubah masjid dan rooftop menara masjid, bangunan utama masjid, tempat musafir (2 gedung), pondok istirahat, tangga, pagar keliling, tempat wudhu dan instalasi perpipaan, instalasi listrik interior masjid, instalasi listrik pagar keliling, vegetasi, multimedia, dan finishing.
Namun, program strategis Ansar tersebut, tiba-tiba menjadi bahan perbincangan anggota grup di dua grup Whatsapp, yakni Mitra IWO Tanjungpinang dan #KEPRI DISCUSSION.
Para anggota grup Whatsapp tersebut, membahas soal terkelupasnya cat di Masjid Raya Sultan Riau Penyengat. Konon, cat untuk memperindah Masjid Raya Sultan Riau tersebut berasal dari Jerman.
“Kualitas cat Jerman di revitalisasi Penyengat,” tulis salah satu anggota grup di Mitra IWO Tanjungpinang, sambil memperlihatkan foto cat yang terkelupas di Masjid Raya Sultan Riau, Jumat, 14 April 2023 malam.
“Ini contoh cat dari Jerman. Kemarin waktu acara di sana juga luntur catnya. Siapa yang tanggung jawab?,” ujar salah satu anggota grup #KEPRI DISCUSSION, Sabtu, 15 April 2023.
Menanggapi terkelupasnya ‘cat Jerman’ di Masjid Raya Sultan Riau tersebut, mantan Kepala Bidang Cipta Karya (CK) di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Pertanahan Provinsi Kepri, Hendriza mengatakan, bahwa permasalahan utama Masjid Sultan Riau Pulau Penyengat adalah tingginya pengaruh garam laut terhadap bangunan, hal ini disebabkan jarak air laut ke bangunan sangat dekat.
“Bukan karena itu (cat Jerman). Sebelumnya memang sudah begitu adanya,” kata Hendriza, yang juga PPK pada revitalisasi Masjid Raya Sultan Riau, sembari mengaku dirinya sekarang bertugas di BPBD Provinsi Kepri, tidak lagi di Dinas PUPR dan Pertanahan Provinsi Kepri, Jumat, 14 April 2023.
Hasil Pemeriksaan (terkait analisis garam), kata Hendriza, bangunan sebelum dikerjakan dan selama ini menjadi masalah utama:
1. Ditemukan penampakan kristal garam pada dinding masjid, baik di sisi luar maupun sisi dalam.
2. Kristal garam ditemukan pada ± 1.6 m ke atas dari permukaan lantai masjid.
3. Hasil pengukuran menggunakan Chloride Test Strip menunjukan kadar 2000 – >3000 mg/l
4. Garam yang mengkristal pada dinding mengakibatkan kerusakan pada material cat dan rontoknya plaster dinding.
“Tindak lanjut, akan diperbaiki kembali dimasa pemeliharaan. Pak Kadis, Kabid CK yang baru sudah turun ke lapangan dan sudah ada rencana untuk ke depan,” kata Hendriza.
Hendriza mengaku, saat ini (revitalisasi Masjid Raya Sultan Riau) masih dalam masa pemeliharaan dan juga uang belum dibayarkan 100 persen. Dan akan dibayarkan di APBD Perubahan, sehingga nantinya kerusakan tersebut, akan diperbaiki kembali.
“Namun, tetap pengaruh garam pada bangunan tidak bisa hilang begitu saja. Harus ada penelitian lebih lanjut dan metode penanganan yang tepat dan tentunya mendapat rekomendasi teknis,” tandas Hendriza.
Editor: Budi Adriansyah