Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaHeadlineRegional

Tiga Desa di Malaka Barat – NTT Digenangi Banjir Bandang Benenai

190
×

Tiga Desa di Malaka Barat – NTT Digenangi Banjir Bandang Benenai

Sebarkan artikel ini

Malaka – Sebanyak tiga desa di Malaka Barat – Kabupaten Malaka – Provinsi NTT masing-masing Desa Oanmane, Sikun dan Fafoe digenangi Banjir Bandang Benenai.

Banjir bandang Benenai mulai menghantam desa Oanmane melalui ujung tanggul Busabelo yang belum dilanjutkan pengerjaannya oleh Pemerintah , sejak pukul 2.00 Senin dini hari tadi menggenangi 5 dusun di desa Oanmane, masing-masing
dusun Busabelo, dusun Manuoan, dusun Sukabilulik,
dusun Lo,o Tiris dan
dusun Tiris Marobo dengan ketinggian air 50 – 100 cm diatas permukaan tanah. Hingga berita ini diturunkan debit air masih terus mengalir menggenangi desa dan belum ada tanda-tanda banjir itu berkurang.

Kepala Desa Oanmane, Nor Nahak mengatakan hal itu kepada wartawan, Senin ( 11/3-2023).

Dikatakannya, hujan lebat yang berkepanjangan sejak hari Minggu kemarin di wilayah hulu dan hilir sungai Benenai sangat berdampak dan mengakibatkan banjir bandang yang menggenangi wilayah desanya.

Dia mengatakan fasilitas publik seperti Sekolah, kantor desa dan Pustu di Desa Oanmane tidak luput dari genangan banjir bandang termasuk seluruh pemukiman penduduk.

” Semua lahan pertanian potensial masyarakat di daerah Busabelo dan Braku seperti jagung, padi dan ubi kayu direndam banjir dan sudah dipastikan rusak dan gagal panen, belum termasuk ternak yang mati/hilang akibat banjir.

” Kerugian masyarakat akibat banjir bandang perdana tahun ini masih didata aparat desa Oanmane”, ujarnya.

Kepala Desa Sikun- Kecamatan Malaka Barat, Benediktus kepada wartawan melaporkan di wilayah desanya banjir meluap dari tanggul jebol di wilayah Katara ( perbatasan desa Fafoe dan Sikun) yang menggenangi dua dusun di wilayahnya yakni dusun Airae A dan B.

” Lahan pertanian warga seperti jagung 30 ha dan padi 20 ha terendam dan dirusak banjir sehingga dipastikan gagal panen”, ujarnya.

” Kita sangat sayangkan karena titik jebol tanggul di dusun Katara itu terjadi saat Bencana Seroja tahun 2021 namun tidak mendapatkan perhatian dan perbaikan pemerintah sehingga tahun ini rakyat harus kebanjiran lagi karena persoalan banjir yang tidak diatasi”, bebernya.

Warga desa Fafoe, Dusun Sukabilaran yang tinggal dekat areal tanggul jebol di perbatasan Fafoe – Sikun mengatakan banjir bandang yang meluap di titik Katara seharusnya tidak perlu terjadi bila pemerintah memperhatikan perbaikan tanggul yang rusak .

” Tanggul itu jebol sejak bencana Seroja tahun 2021 namun sampai tahun 2024 tidak ada upaya perbaikan dari pemerintah dan terkesan ada pembiaran dari pemerintah. Kalau tanggul itu diperbaiki atau ditutup secara darurat saja tentu tidak ada luapan banjir seperti saat ini”, ujarnya.

” Sayang sekali tanaman jagung milik masyarakat di dusun Sukabilaran, Fukalaran dan Braku yang sudah mulai berproduksi digenangi banjir bandang dipastikan mati dan gagal panen. Belum lagi kerugian rakyat akan infrastruktur jalan yang dirusak banjir tentu menambah daftar kerugian yang dialami rakyat”, tandasnya. (boni)