Oleh: Suyono Saeran
Ketika berkunjung ke setiap daerah, Gubernur Ansar Ahmad selalu menyempatkan diri untuk bisa bersilaturahmi di sekolah-sekolah dan bertemu dengan para guru.
Hal itu dilakukan Ansar Ahmad karena dia menyadari, apa yang diraihnya saat ini ada peran sekolah dan tunjuk ajar guru yang telah membentuknya menjadi seorang pemimpin.
Jasa guru yang telah membentuk kepribadian orang-orang menjadi hebat tidak boleh dinafikan. Untuk itu Ansar Ahmad melalui kebijakannya selalu memberikan perhatian khusus dengan menaikkan insentif dan lainnya sebagai bentuk penghargaan terhadap pengorbanan para guru.
Bercerita tentang pengorbanan seorang guru, saya jadi teringat kisah seorang guru yang tinggal di Desa Nyiur Kabupaten Lingga. Namanya Satri Wiguna. Dia hanya seorang guru SD di Desa Sedamai, Kecamatan Singkep Pesisir.
Untuk mengajar di sekolah tempat dia menebarkan ilmu dan kepintaran di SD Sedamai, Satri Wiguna harus menempuh perjalanan 30 kilometer dari tempat tinggalnya di Desa Nyiur.
Tidak ada keluh kesah. Tidak ada pantang menyerah. Dalam pikiran Satri Wiguna hanya terlukis wajah-wajah lugu anak-anak desa Sedamai yang butuh sentuhan jemari tangannya yang lembut untuk mengajarkan angka dan aksara.
Dia tidak peduli lama perjalanan yang harus dia tempuh untuk bisa sampai ke sekolah tempat dia mengajar. Dia tidak hirau harus melewati jalanan becek, terjal dan berliku dengan motor bututnya yang begitu setia menemaninya.
Satri Wiguna tetap konsisten pada pengabdian agar anak-anak didiknya pintar dan cerdas. Satri tetap penuh semangat walau harus setiap hari menempuh perjalanan yang sangat jauh.
Kerinduan anak-anak Desa Sedamai tentang sosoknya yang tidak hanya sebagai guru tetapi juga sebagai seorang sosok ibu menjadi api peletup yang membakar andrenalin semangatnya. Dia ajarkan anak-anak itu dengan penuh kesabaran. Dia bimbing dengan penuh kasih sayang.
Satri yakin kelak anak-anak Desa Sedamai yang dia ajar ada yang meraih sukses sebagai seorang pemimpin, pengusaha hebat dan politisi tangguh.
“Saya hanya menghantarkan mereka untuk menemukan masa depan. Pengorbanan seorang guru itu sudah biasa. Kalau dewasa mereka sukses dan meraih berbagai pencapaian itu sebuah kebahagiaan yang tidak bisa terbeli bagi seorang guru,” katanya suatu saat.
Semasa Covid-19 Tahun 2021 lalu, Satri Wiguna rela mengajar anak-anak didiknya dengan sistem door to door. Dia menyadari tidak semua anak-anak Desa Sedamai punya gawai yang membantunya untuk sistem belajar online. Karena itu dia memilih untuk datang dari rumah ke rumah agar anak-anak didiknya bisa tetap belajar dan pintar.
Apa yang dilakukan Satri Wiguna bisa jadi juga dilakukan oleh para guru di daerah pesisir, pedalaman dan desa lainnya. Mereka selalu berusaha memberikan pengabdian terbaik agar anak-anak bangsa tumbuh menjadi generasi terbaik.
Dia tidak peduli seberapa berat pengorbanan yang harus dia berikan. Dia juga tidak peduli hujan panas yang harus dia lalui selama perjalanan. Tidak jarang bagi guru-guru di pulau harus melawan ombak dan ganasnya angin demi anak-anak didik yang dia kasihi.
Guru adalah lentera di setiap masa. Dia memberikan pengorbanan sepenuh jiwa meski kadang teraleneasi dan tidak jarang dilupa.
Selamat Hari Guru. Setitik ilmumu adalah cahaya yang menerangi di semua lintas generasi…