Radarmalaka.com, Tanjungpinang – Masyarakat Pulau Sabda atau Tambelan di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) hanya bisa pasrah terkait harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite yang mencapai Rp24 ribu per botol air mineral ukuran satu setengah liter.
Menurut R, warga Tambelan yang tinggal di Kelurahan Batu Lepuk, dirinya terpaksa membeli Pertalite dengan harga yang cukup tinggi tersebut.
“Ya, mau gimana lagi, kalau tidak dibeli, susah kita jika ada keperluan ke tempat yang jauh. Kan saya pakai sepeda motor,” ujar R.
Pasca kenaikan harga BBM, kata R, harga Pertalite yang dijual secara eceran di Tambelan jauh di atas harga yang ditentukan oleh pemerintah.
“Di sini, Pertalite yang dijual secara eceran harganya Rp24 ribu per botol air mineral ukuran besar. Sedangkan, harga yang ditetapkan oleh pemerintah untuk Pertalite Rp 10.000 per liter,” ungkap R.
R mengungkapkan, warga membeli Pertalite dengan harga Rp24 ribu di toko, warung Sembako atau warga yang menjual Pertalite secara eceran. R juga merasa heran dengan harga penjualan Pertalite di Tambelan yang sangat mahal.
“Kami berharap kepada pemerintah, agar memperhatikan apa yang kami alami saat ini. Mungkin bisa atur juga harga Pertalite yang dijual eceran,” kata R.
R berharap, pemerintah serta pihak terkait untuk bersama-sama melakukan pengawasan terkait dengan keluhan masyarakat, terutama terkait tingginya harga Pertalite di Tambelan.
“Jika tidak diatasi, maka mereka makin merajalela mengambil kesempatan di atas penderitaan rakyat kecil,” imbuh R.
Camat Tambelan Baharuddin Ngabalin yang dihubungi Radarmalaka.com melalui pesan Whatsapp mengatakan, bahwa harga Pertalite di Tambelan Rp24 ribu per botol air mineral ukuran besar.
“Pertalite di Tambelan dari Kalimantan Barat, harga Rp24 ribu per botol Aqua besar,” kata Baharuddin, Ahad, 2 April 2023.
Baharuddin mengaku, terkait tingginya harga Pertalite di Tambelan, dirinya belum bisa memberikan tanggapan lebih jauh.
“Karena, alasan dari penjual, tambang atau ongkos kapal yang mahal. Nanti akan saya duduki bersama pedagang,” ujar Baharuddin.
Editor: Budi Adriansyah