Jakarta – Gelaran Pertandingan kompetisi Liga 1 pekan ke-11 yang menghadirkan duel bertajuk duel klasi Jawa Timur antara Arema Malang vs Persebaya Surabaya berujung dengan kericuhan. Padatnya penonton di Kanjuruhan Malang dalam pertandingan yang berakhir dengan kekalahan tim tuan rumah dengan skor (2-3) menjadi pukulan berat bagi para pendukung yang hadir menyaksikan pertandingan sampai harus berujung dengan kericuhan.
“Dunia sepak bola yang harusnya menyatukan kita pada akhirnya malah justru tercoreng citranya akibat dari tidak adanya kedewasaan kita dalam menyikapi hal itu,” ungkap Serena Cosgrova Francis, Manejer Bintang Timur perempuan milenial yang ikut merasakan duka atas tragedi sepakbola di Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, memberikan pernyataan nya di Jakarta, Senin (03/10).
Putri dari Fary Francis mantan Ketua Komis V DPR dan Komut Asabri tersebut berharap kejadian yang dialami rekan-rekan suporter Aremania di Kanjuruhan pada Sabtu (03/10) lalu menjadi evaluasi bersama dari berbagai pihak untuk bersatu menghadirkan gelaran sepakbola yang damai.
“Bukan hanya diusut untuk didapati pihak-pihak yang bertanggung jawab atas adanya kejadian itu saja. Melainkan, sudah menjadi keharusan bagi Pemerintah dalam hal ini Kemenpora dan PSSI untuk lebih mengevaluasi gelaran pertandingan sepakbola yang menjadi olahraga favorit dan kebanggaan rakyat Indonesia,” tutur milenial jebolan Hubungan Internasional Universitas Indonesia.
Perempuan milenial yang dipercya sebagai Manejer Bintang Timur, Serena Cosgrova Francis juga memberi ucapan belasungkawa khusus kepada para korban, dan seluruh Supoorter Aremania atas tewasnya 125 penonton yang dimayoritas pendukung setia dari Tim Singo Edan Arema.
“Kami dari Academy Bintang Timur, yang merupakan juga salah satu klub sepakbola yang sedang mengembangkan bakat-bakat muda dari perbatasan RI-Timor Leste amat merasakan duka yang dirasakan publik Malang, khususnya para sesama supporter pecinta Tim Arema. Untuk rekan-rekan Aremania, semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dan hikmah dibalik insiden ini, tidak ada pertandingan sepak bola yang lebih berharga dari nyawa manusia itu sendiri,” pesan Rena begitu gadis pecinta bola basket disapa.
Ditengah kesibukannya mempersiapkan pertandingan Suratin U-15 di Traning Camp Bintang Timur, Atambua, Rena berharap tragedi Kanjuruhan, tidak membawa malapetaka bagi Timnas Indonesia. Jika FIFA menjatuhkan sanksi bagi Indonesia dan PSSI, tentunya dampaknya akan dirasakan Timnas Indonesia terlebih pemain-pemain muda kita yang sedang on fire diberbagai level usia.
“Salam dari kami di tapal batas Indonesia – Timor Leste untuk seluruh suporter Aremania. Duka kalian menjadi duka kami,” tutupnya. ( fw)