Kotim – Kalteng, Hampir seminggu saya berkeliling di Kalteng, ketika berkunjung ke berbagai perusahaan yang mengelola usaha kelapa sawit saya temukan kelompok-kelompok masyarakat asal NTT yang bekerja diberbagai perusahaan dan tinggal secara bersama-sama di berbagai tempat penginapan ( perumahan karyawan) yang menyebar di wilayah perusahaan dimana mereka bekerja.
Dalam catatan saya, setiap perusahaan dipastikan ada orang NTT baik itu dari daratan Timor atau Flores serta daerah lainnya yang bekerja dan tinggal di lokasi perumahan yang disiapkan setiap perusahaan bagi karyawannya.
Mereka tidak hanya hidup berkelompok karena pekerjaannya tetapi juga berbagai urusan sosial kemasyarakatan mereka tetap menyatu, bahu membahu dan saling membantu satu sama lain layaknya seperti kita yang ada di NTT.
Saya sangat terkejut ketika memasuki daerah perkebunan PT Karya Makmur Abadi ( KMA ) di Kota Waringin Timur ( Kotim) – Provinsi Kalteng karena seolah-saya saya memasuki perkampungan NTT.
Di Divisi 2 PT. KMA kurang lebih 100 unit rumah tinggal yang dihuni karyawan perusahaan itu 80 persennya berasal dari NTT terbanyak dari Malaka dan Belu.
Begitupun di Divisi 1 PT KMA, banyak pekerja yang berada di lokasi penginapan karyawan. Sebagian besar berasal dari Pulau Flores bercampur dengan karyawan dari Pulau Timor seperti TTU, TTS, Kupang.
Di Camp Penginapan karyawan Divisi 2 PT KMA setelah ditelusuri ternyata kedatangan mereka di Kalteng dari rumpun keluarga besar. Awal bekerja, mereka yang datang hanya suami, istri dan anak-anaknya. Dalam perkembangannya, setelah anak-anak tamat SMA dan tidak melanjutkan sekolah maka mereka bekerja di perusahaan dimana orang tuanya bekerja, selanjutnya berkeluarga dan punya anak sehingga mereka beranak pinak di Kalteng.
Bagi anda yang masih bujang dan ingin menikah di Kalimantan jangan kawatir karena para orang tua atau dituakan di lokasi penginapan perusahaan akan mengurusnya, entah menikah dengan warga asli Kalimantan atau antar sesama perantau yang bekerja di Kalimantan.
Peranan para orang tua dekat di lokasi penginapan perusahaan sangat besar karena mereka bisa berkonsultasi dengan Pastor Paroki Setempat atau pendeta bagi yang beragama Kristen Protestan untuk urusan persiapan perkawinan gereja atau membaptis anak. Bahkan di perumahan karyawan ada juga pekerja sebagai guru agama yang berperan mengurusi urusan-urusan rohani dari para pekerja.
Sabtu Minggu lalu, ketika saya tiba di lokasi perusahaan sedang dilangsungkan pernikahan warga NTT yang lokasinya berdekatan dengan lokasi penginapan karyawan PT. KMA Divisi 2 dengan saksi pernikahannya Bapak Octovianus Bele bersama Istri yang tinggalnya di perumahan divisi 2 PT KMA.
Pesta Pernikahan warga NTT di Perantauan Kalteng tentu tetap bernuansa dan khas NTT yakni dansa sampai pagi. Salah satu keunikan yang saya lihat dan dengar dari masyarakat NTT di perantauan bahwa pesta yang digelar bebas miras dan alkohol.
Saat pesta digelar tidak ada orang tua atau anak muda yang minum sopi. Uniknya, miras diizinkan untuk diminum saat pesta resmi selesai dan hanya dikhususkan bagi tuan rumah dan anak-anak muda yang membongkar tenda serta membereskan peralatan pesta. Dengan demikian pesta nikah atau pesta lainnya bagi warga NTT di Kalteng berjalan aman dan nyaman.
Oktovianus Bele, anak Mantu Malaka asal Kabupaten Belu yang sudah 9 tahun bekerja di PT KMA Kalteng kepada media ini mengatakan sebagai orang yang dituakan di perantauan tetap berkewajiban mengurusi anak-anak NTT di Perantauan terkait peristiwa kemasyarakatan”, ujarnya.
” Urusan perkawinan, permandian anak dan kematian merupakan peristiwa kemanusiaan yang harus diperhatikan setiap orang dimanapun dirinya berada termasuk diperantauan”, ujarnya.
Jemi Bere, Mane Maksain asal Biuduk Fehan -,Desa Bakiruk – Kecamatan Malaka Tengah Kabupaten Malaka dan Alfonsius Bere alias Alo yang kurang lebih
10 tahun bekerja di Kalteng kepada media ini mengatakan sering diminta pekerja asal NTT untuk jadi saksi perkawinan dan Permandian anak.
Keduanya mengatakan senang membantu anak-anak NTT untuk menikah resmi di gereja agar ada kepastian hak waris bagi istri/suami dan anak. ” Urusan gereja kita bereskan, urusan adat saat pulang kampung baru diurus agar mereka kerja tenang dan tidak ada masalah”, jelas kedua orang tua diatas yang kerap dipanggil Kepala Suku masyarakat NTT di KMA – Kalteng. ( boni/habis)