Scroll untuk baca artikel
Headline

Kota Sampit Simbol Kemakmuran Masyarakat Kalimantan Tengah ( Catatan Perjalanan Boni Atolan – Wartawan Radarmalaka.com Bagian 1)

197
×

Kota Sampit Simbol Kemakmuran Masyarakat Kalimantan Tengah ( Catatan Perjalanan Boni Atolan – Wartawan Radarmalaka.com Bagian 1)

Sebarkan artikel ini

SAMPIT – KALTENG, Saya sangat terkesima ketika mendengarkan peringatan Pramugari Pesawat Lion Air kepada para penumpang untuk mengenakan sabuk pengaman guna melakukan pendaratan di Bandar Udara H.Asan Sampit – Kabupaten Waringin Timur – Provinsi Kalimantan Tengah, Jumat ( 7/10-2022).

Lima Belas menit sebelum mendarat pesawat Lion Air yang saya tumpangi, dari udara saya sangat terkejut dan terkesima menyaksikan hamparan Pulau Kalimantan yang sangat menghijau ibarat miniatur firdaus . Pesawat berputar- putar dari pinggir laut dan sangat terlihat jelas bibir pantai yang tertata rapi dihiasi ribuan hektar hutan lindung yang masih asri dan menurut pengakuan warga setempat tidak pernah diusik tangan jahil manusia hingga saat ini.

Disebelah kiri saya, dari udara terlihat jelas bentangan ribuan hektar kelapa sawit milik masyarakat dan perusahaan serta hutan kelapa dan daerah persawahan yang membentang disepanjang wilayah pantai.

Pemandangan yang tidak kalah menarik jelas terlihat bentangan Sungai Mentaya yang menjadi nadi kehidupan warga Kabupaten Waringin Timur sekaligus sebagai pembatas Kampung Mentaya Seberang – Kecamatan Seranao dengan Kota Sampit.

Peranan Sungai Mentaya sangat strategis bagi nadi kehidupan masyarakat Kota Sampit, sebagai sarana transportasi air yang sangat handal masuk keluar Sampit termasuk akses keluar masuk kapal-kapal kecil dan besar untuk mengangkut hasil-hasil  perdagangan termasuk pupuk, sembako dari wilayah Surabaya, Jakarta dan Semarang.

Kapal besar melewati dan bersandar di Sungai Mentaya, selain untuk bongkar muat
hasil , termasul mengangkut tambang CPU, pertamina. Sementara itu kapal  tongkang  biasanya memuat  batubara  dan pupuk.

Salah satu keunggulan Sungai Mentaya yakni sebagai sarana transportasi air untuk masuk ke pedalaman Kalteng karena belum ada infrastruktur jalan darat yang memadai.

Di Sungai Mentaya kesehariannya juga digelar rekreasi susur sungai hingga lokasi bandara. Dalam rekreasi itu para turis domestik dan manca negara menggunakan perahu kecil yang oleh masyarakat setempat dinamakan naik getek. Rute perjalalannya menyusuri Sungai Mentaya  hingga bandara Sampit PP dengan membayar jasa Getek Rp 150 ribu  untuk rombongan dengan kapasitas 10 orang. Wisata menyusuri Sungai Mentaya sudah membudaya dan sangat digandrungi para turis domestik karena bisa menjadi sarana hiburan keluarga. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *