ATAMBUA: Sekolah sepak bola atau SSB adalah lembaga pembinaan pemain usia dini paling dasar di bawah PSSI. Nama sekolah sepak bola atau SSB mengemuka saat Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI dijabat oleh Ronny Pattinasarany, mantan pesepak bola timnas Indonesia era 1970-1980. Ronny menduduki jabatan di PSSI pada 1999-2003.
SSB membuat anak-anak usia sekolah dasar (SD) belajar membenahi kemampuan bermain sepak bola dan memperkuat pengertian sepak bola mereka. Kebanyakan para pesepakbola professional pastinya telah menempa bakatnya sejak usia dini di SSB atau akademi sepak bola.
Akademi sepak bola modern bahkan sudah menjadi tren yang sangat umum di berbagai negara maju Eropa. Makanya tidak heran jika kualitas sepak bola di negara-negara Eropa jauh lebih berkelas.
Terdorong keinginan melahirkan talenta muda dari tanah perbatasan, 21 November 2014 didirikan SSB Bintang Timur oleh Fary Djemi Francis mantan Ketua Komisi V DPR RI yang juga mantan pemain sepak bola di era 1980-2000. Pria berdarah Kisar yang besar di Timor Timur, bertekad mewujudkan mimpi anak-anak “kampung” dari tapal batas NKRI-Timor Leste.
Diatas lahan seluas 8 HA dibangun 1 lapangan sintetis futsal, 1 lapangan untuk berlatih dan 1 lapangan bertanding dengan rumput standar nasional, dilengkapi lampu stadion dan tribun penonton berkapasitas 500 orang. Memasuki gerbang SSB Bintang Timur Atambua (BeTA), tampak 4 bangunan beratap merah marun, warna kebesaran Bintang Timur. 1 rumah digunakan untuk pelatih dan manejemen, 1 ruang kelas yang bisa menampung 70 orang, 2 mess untuk penginapan pemain.
Tidak sampai disitu, dari perbincangan kami dengan owner Bintang Timur, untuk melengkapi menjadi satu training ground, akan dibangun kolam renang dan fitness center dan berbagai fasilitas untuk menarik minat berlatih para talenta muda.
Hanya orang gila yang mampu menginvestasikan uang sebanyak ini di sepak bola, apalagi NTT, tegas Christ Mboik Ketua Asprov PSSI NTT yang untuk pertama kalinya melihat langsung fasilitas SSB Bintang Timur saat penutupan Soeratin U-15 di lapangan Bintang Timur.
21 November 2022 adalah ulang tahun Sekolah Sepak Bola (SSB) Bintang Timur Atambua (BeTA). Delapan tahun sudah seorang Fary Francis membangun, memupuk, merawat harapan anak-anak di perbatasan negeri melalui sepak bola.
Seperti namanya “Bintang Timur”, kehadiran SSB 8 tahun yang lalu itu menjadi salah satu alasan bagi anak-anak di batas negeri merajut mimpi setinggi bintang, melukis impian menjadi bintang, tidak saja dalam sepak bola tetapi dalam kehidupan.
“Karena itu, sejak awal fokus kami adalah membangun nilai dan menata karakter melalui dan dengan bersepak bola,” tegas Fary Francis.
Delapan tahun bergerak, bergumul dan berjuang, telah memberikan makna bagi banyak orang tentang banyak hal melalui sepak bola. Anak-anak perbatasan mengalami transformasi tidak saja dalam sikap tetapi prestasi dan pengalaman. Mereka yang kesehariannya di kampung dengan rutinitas anak-anak kampung akhirnya bisa mencicipi pengalaman ibukota provinsi, ibukota negara, kota-kota besar lainnya di Indonesia bahkan hingga ke mancanegara (Asia, Eropa dan Australia).
Mereka juga menuai prestasi sepak bola dalam berbagai ajang sepak bola pembinaan usia dini. Ada yang sudah menjadi bintang kebanggaan keluarga dan masyarakat. Ada yang terus berusaha meraih bintang. Sebut saja 2 talenta muda BeTA, Gerald Bili dan Sandro Alfons yang telah terjaring dalam Akademi Garuda Nusantara yang siap berlatih di Eropa. Bahkan BeTA telah mengantar beberapa pemain senior menjadi TNI/Polri lewat jalur sepak bola.
“SSB BeTA adalah wahana setiap anak batas berproses menjadi bintang. Dari SSB mereka akan ditampung di Akademi Bintang Timur. Mereka dilatih oleh pelatih berlisensi dan salah satunya Bert Pentury, pelatih berpaspor Belanda,” ujar Fary Francis.
Delapan tahun SSB BeTA juga menenamkan nilai tentang perjuangan dan ujian bertahan. Pandemi Covid – 19 yang melanda negeri ini terasa dampaknya bagi SSB. Berbagai program rutin tidak berjalan maksimal. Serangkaian rencana kompetisi keluar maupun di dalam ditunda. Kurikulum SSB tidak bergerak optimal. Dengan seruan ‘menjaga jarak’ bisa dibayangkan rumitnya menjalankan kurikulum SSB. Namun, waktu – waktu itu tetap dimaknai sebagai khairos. Saatnya untuk merefleksikan lebih jauh dan dalam tentang tata kelola, orientasi, kurikulum dan coaching di SSB.
Masa – masa pandemi menjadi masa – masa pembenahan manajemen. Setelah melalui masa – masa sulit itu, anak – anak SSB BeTA bisa menghadirkan tiga trofi yang membanggakan, menjadi runner up , pemain terbaik dan top score diraih dalam ajang Soeratin Cup U-15 Provinsi NTT tahun 2022 yang dilaksanakan di SSB Bintang Timur Atambua.
Ini tentu menjadi kado terindah bagi 8 tahun hadirnya SSB BeTA di batas negeri. Sebagai pendiri SSB Fary Francis mengucapkan selamat memasuki usia ke-8 bagi rumah sepak bola anak-anak di perbatasan negeri ini.
“Proficiat dan terima kasih bagi manajemen, komunitas orang tua SSB, para pelatih, mitra kerja dan tentunya anak – anak SSB para bintang masa depan kita,” ungakap owner BETA.
8 tahun SSB Bintang Timur (BeTA) regenaris kepemimpinan mulai dilakukan, Serena C.Francis, putri ke dua fary Francis mulai dilibatkan. Serena kini mulai dipercaya menjadi manejer tim SSB dan Akademi Bintang Timur. Bahkan pemain seniorpun kini mulai dipercaya menjadi pelatih, salah satunya Rivaldo yang telah mengantongi lisensi C AFC.
Teruslah berjuang, teruslah berlatih, teruslah berkolaborasi, teruslah membangun harapan bersama dari batas negeri. Sepak bola adalah cinta, maka mari kita semua berjalan bersama SSB dalam kekuatan cinta sebab cinta mengatasi segalanya (amor vincit omnia),” ungkap bapak 3 anak yang mendedikasikan SSB untuk masyarakat di perbatasan NKRI.
Dalam hidupnya, seorang dapat mengubah istri, partai politik atau agama, tetapi dia tidak dapat mengubah tim sepak bola yang membesarkan namanya, Selamat Ulang Tahun SSB Bintang Timur. Teruslah membangun harapan dari perbatasan NKRI. ( fw)